AusAid Students Welcoming Party: Celebration of Dangdut

Penyambutan mahasiswa baru penerima beasiswa ADS di Australia sudah menjadi tradisi tiap semester di kampus saya. The University of Melbourne memang menjadi salah satu tujuan PAPORIT mahasiswa-mahasiswi penerima beasiswa ADS. Penerima ADS sendiri tersebar di seluruh penjuru dunia, negara-negara miskin dan negara berkembang adalah target beasiswa ADS. Dan tentu saja, negara dengan penerima beasiswa ADS terbanyak adalah negeri jirannya Australia, Indonesia. 

Kebetulan semester ini, The University of Melbourne menerima sekitar 150 mahasiswa baru penerima beasiswa ADS. Saya dan beberapa teman ditunjuk untuk mengkoordinir acara penyambutan mahasiswa baru ini sebagai panitia (baca: tukang angkat-angkat, tukang bersih-bersih dan tukang masak-masak). Untuk urusan makanan, syarat paling penting adalah makanan harus halal. Rencananya kami akan berpesta barbecue dan pizza. Untungnya, organisasi kami memang sudah memiliki langganan pizza dan toko daging halal. Dengan estimasi jumlah tamu 300 - 400 orang, kami memesan 25 kg lamb chop, 25 kg tight fillet, 20 kg sosis sucuk (sosis sapi plus bumbu timur tengah), 20 kg sosis Lebanon (terbuat dari daging domba), plus 100 beef burger serta 80 loyang pizza ukuran raksasa. 
Barbecue sebelum tamunya pada datang

Sabtu tanggal 10 Maret 2012, saya bangun pagi-pagi dan bergegas ke kampus untuk mempersiapkan acara ini. Acara welcoming party ini sedianya dimulai jam 12 siang. Sesampai di kampus, saya dan teman-teman panitia mulai mempersiapkan venue, mengatur meja persembahan (baca: meja makanan), mengatur meja untuk memanggang, menyusun minuman, memilah-milah sayuran untuk salad serta mengatur sound system. Daging mulai dibakar sejam sebelum acara dimulai, sejumlah teman-teman mahasiswa datang menjadi relawan untuk membantu barbecue. 

Jam 12 teng, para tamu berdatangan. Mereka mulai icip-icip pizza dan daging hasil panggangan kami. Nampaknya mereka cukup puas dengan daging dan sosis hasil barbecue kami. Semakin lama pengunjung mulai makin sesak. Jam 1 siang acara perkenalan panitia dimulai yang dilanjutkan dengan sejumlah pementasan. Pementasan pertama dimulai dengan persembahan poco-poco dari teman-teman Indonesia. Semuanya bisa poco-poco kan? Keterlaluan kalo gak bisa. Teman-teman non-Indonesia ikut bergabung menari poco-poco karena gerakan poco-poco mudah diikuti. Atmosfer tempat itu yang semula adem ayem mulai memanas. Alunan suara Yopie Latul memang pas mengajak kami semua di tempat itu untuk menggerakkan kaki mengikuti ritme poco-poco. 
poco-poco - Indonesia

Performance selanjutnya yang tidak kalah heboh adalah performance tarian dan peragaan busana dari teman-teman Afrika. Saya sampai geleng-geleng melihat mereka menari, ternyata mereka juga punya goyang patah-patah ala Anissa Bahar. Malah gaya cacing kepanasan dan kebo mabok juga ada. Anissa Bahar pasti gak laku kalo go international nya ke Afrika, hehehe. Saingannya segudang soalnya. Bagi yang menggilai tarian Bollywood, sejumlah rekan dari Pakistan dan Nepal sudah siap menggoyang arena. Tamu mulai membaur ikut menari dan menggerakkan badan. Yang tadinya malu-malu mulai berani dan bertransformasi menjadi malu-maluin.

African dance

Colourful dresses from Africa 
Ada juga sesi tarian yang menarik saat teman-teman dari Afrika mengenakan pakaian khas Bangladesh dan menari tarian Bangladesh. Sebaliknya, teman-teman Bangladesh mengenakan pakaian Afrika dan menari tarian-tarian Afrika. Teman-teman Vietnam tidak mau kalah menggelar tarian bambu yang sukses besar mengajak hadirin ikut menari dan mencoba mengikuti ritme bambu yang dimainkan. Aksi berlanjut dengan joget massal lagu dangdut. 
Bambu dance - Vietnam
Akibat cinta satu malam nya Melinda
Untuk joget dangdut massal ini, saya memang sudah menyiapkan sebuah lagu pamungkas dari Melinda yang berjudul Cinta Satu Malam. Ayooo yang tahu lagu ini ngacung... Hahahaha. Gak usah malu-malu gitu dong ngacungnya, lagunya keren kok (Di ipod saya saja, lagu ini bisa diulang-ulang 10 kali dalam sehari). Begitu musik ini mulai dimainkan, semua orang di venue mulai bergoyang tidak jelas. Saya berhasil mengajarkan gaya cuci - jemur khas penari latar Dahsyat yang dengan patuhnya diikuti oleh teman-teman yang lain. Sayangnya, durasi lagu yang cuma 3 menit belum mampu membendung semangat joget teman-teman. Akhirnya lagunya diputar kembali. Ternyata sesi kedua lagu "Cinta Satu Malam" lebih heboh lagi, beberapa teman Indonesia mulai ngebor, goyang gergaji dan goyang trio-macan. Seettttt dahhh, tarrikkk maaaang... Saya takjub melihat animo mahasiswa ini dengan dangdut. Saya tidak yakin kalo saya pasang lagu Agnes atau boyband/girlband Indonesia, reaksinya akan semasif ini. 


Dangdut goes to Melbourne

Acara hari itu ditutup dengan pertunjukan musik tradisional Afganistan yang bisa sedikit menurunkan tensi atmosfer yang sudah panas dan keringat siang itu. Semuanya nampak bahagia, semuanya nampak kenyang, beberapa masih bertahan malah ngotot menambah lagu biar bisa tetap goyang. Sayang, acara memang harus sudah harus selesai. 

We are the happy committees 
Acara kami sukses besar. Semuanya pulang dengan wajah puas. Bagaimana dengan para panitia? Seperti kata Ustadz Maulana di Islam itu Indah: Anda puas, kami LEMAS. Hahahaha.

Salah satu adegan joget yang sempat tertangkap paparazi, hahahaha

my Jaja Miharja style 


Pictures are courtesy of Lia Riyadi, an International Relations student of the University of Melbourne. Thanks for the pic, Lia. 
Brunswick VIC 3056, Australia
40 komentar
  1. Mana Cipu kun koq ndak ada fotonya yang Joget loh. Masak yang baju hijau itu? kapan gantinya?

    Gue seneng loh lagunya Melinda dah download videonya juga. *gue gak malu koq* Hehehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Arquefiq, gua emang bawa baju ganti. Baju masak harus beda sama baju pas tampil :D

      Hapus
    2. Jadi bener yang baju ijo itu elu? Wah...wah...wah...Hehehehehe....

      Hapus
  2. Wah Cipu gerak cepat ya. Sip lah, paling tidak kita dapat the most up-to-date stories dari "Indo Ausi". Just a moment after the event, you have successfully uploaded the event and let us know how the event went on. Hopefully, one day my children will have a chance to participate in similar event.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin amin, semoga mbak/mas dan anaknya bisa menyusul ke Aussie yah :D

      Hapus
    2. Call me neither Mas nor Mbak but Uda Yon

      Hapus
    3. Uda Yon, how to reach you since I have neither email nor facebook page.

      Hapus
    4. Seeeeeeeeeeeeeet dah, mirip bgt. AAAAAAAAAAAAAAPAAN TUUUUUUH!!!!!!!! Bisa aja tuh paparazi/zo

      Hapus
  3. Cipu. I am honestly a bit spoiled ( my eyes) with what you were wearing, especially jeans and green batik. That looks extremely weird. Though people say jeans suits any sorts of shirts or something, but , in fact, it ABSOLUTELY doesn't, especially jeans and green batik. Sorry for that. Anyway, glad to see you all having fun and letting others know about our cultures.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hey mr/ms. anonymous, I really did not realize that. Thanks for reminding, next time I'll be more careful in choosing colors to wear

      Hapus
  4. Dangdut has proven to be well warmly accepted by foreigners though in our country , there are still some people who look down on it and label it as norak . Now, what will they say? Who cares whatever they say, they think, they label it," DANGDUT is the music of my country", I hope dangdut will one day be very popular not only in Australia but worldwide as well.

    BalasHapus
    Balasan
    1. I agree, have you heard dangdut koplo, it is even more mainstream than the pop dangdut that I played in my uni's party. Gotta listen to that

      Hapus
    2. I have heard of it but am afraid I am not that familiar. Surely it's going to be more shaking. Yeah, I gotta check it out one day. Got a friend of mine who's been living in Australia and introducing Dangdut to Aussi and even marrying an Aussi woman. Perhaps, you could be the next? LOL

      Hapus
    3. Perhaps unfamiliar with the term only but quite familiar with the music itself if you say it is more mainstream as I was crazy with this sort of music baheula years ago when I was your age I guess.

      Hapus
    4. Well, at least now I know that you are a bit more mature than me age wise hahahaha. Listening to dangdut song actually reminds me of my time in Makassar when I was a loyal costumer of pete-pete (angkot in Makassar).

      Hapus
    5. mature? don't worry. just say much older. I don't mind being so called as I really am, but for one thing I will always feel younger than I am. I look around 3 to 4 years older than you (hehehe gak ngaca ya), bener kok

      Hapus
  5. Best regards from Tebet , South Jakarta. Semoga teman-teman di sana bisa menciptakan kesan yang baik bagi Aussi, membanggakan Indonesia, menjadikan banyak Aussi tertarik tuk berkunjung ke our beloved country, khususnya ke Tebet ( jaka sembung)

    BalasHapus
  6. Ternyata sesi kedua lagu "Cinta Satu Malam" lebih heboh lagi, beberapa teman Indonesia mulai ngebor, goyang gergaji dan goyang trio-macan. << ngakak baca ini, ternyata se terkenal itukah lagu ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagunya ga seterkenal itu sih, cuman memang musiknya bikin orang goyang, makanya pada joget massal

      Hapus
  7. mantab.... terbukti deh klo "dangdut is the music of my country"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo Devy, lagu dangdut favoritnya yang mana?

      Hapus
  8. ngakak gw ngeliat foto elo joget, hahahahaha... seru ya joget bareng dengan tarian yg berasal dari seluruh negara :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mut, itu tadi baru gaya Jaja Miharja, gaya Mansyur S sama Meggy Z belom keluar lho

      Hapus
  9. Ebuseeeetttt... maksimal banget gaya lu....

    Tapi dangdut emang musik pemersatu bangsa banget ya, kemana pun orang Indonesia pergi pasti dangdut ikut dibawa-bawa :D

    BalasHapus
  10. Rossa: iya lah.... harus maksimal biar hasil fotonya juga memukau seperti di atas....

    BalasHapus
  11. Boleh juga promo dangdut di negeri jiran nih

    BalasHapus
  12. wah heboh ya. dangdut emang merakyat. eh, go internasional

    BalasHapus
  13. kalo di LN emang dangdut ya dimana mananya

    BalasHapus
  14. seru kayaknya acaranya...ekspresi di foto terakhir itu dapat banget k..jeli kayaknya paparazzinya, hehehe

    BalasHapus
  15. Salam kenal sukses trus ngeblog

    BalasHapus
  16. WIIIIIIIIIIIHHHHHHHHHHHHHH
    edan ini edan ini edan! kebayang gimana suasananya kak.hahaha
    itu baju ijo, batik kalimantan bukan sih?
    melinda lah lagunya ahahaha. gambar lagi dong, we want more we want moooreeee!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup baju ijo itu batik Kalimantan... gua suka motifnya, hadiah pemberian kakak. Btw, Rahma doyan sama lagunya Melinda juga kan?

      Hapus
  17. Wah...seru abis kayaknya....jadi inget waktu international day di kampus dulu yang mirip....BTW, banyak banget penerima beasiswa ADS ya 150 gitu....ckckck.... Pasti jarang berasa homesick yak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Homesick sih jarang Fel..... karena memang banyak bgt org Indonesia disini. Malah 2 housemates ku adalah org Indonesia

      Hapus
  18. oi Cipu, sempat juga nih baca postingan lu akhirnya. Haha iya kocak fotonya, kain ijo yg lu pakai sasirangan namanya, wah gue juga punya kainnya, tapi di rumah, ntar kalo pulang jahit aaah hehehe...

    BalasHapus
  19. Beuh, dangdutnya yang laen, kek.. Ridho Rhoma gitu :p

    BalasHapus
  20. Mo pertemuan mahasiswa kek, pertemuan pejabat kek ato pertemuan rakyat....pokoknya ga bakal ada yg bisa menolak pesona dangdut...joget wajib !!!!!

    Great event !

    BalasHapus
  21. Perhaps unfamiliar with the term only but quite familiar with the music itself if you say it is more mainstream as I was crazy with this sort of music baheula years ago when I was your age I guess.

    BalasHapus
  22. asikk bgt sptnya acaranya, great !

    BalasHapus
  23. I like your jaja miharja style
    natural bangettt

    BalasHapus